BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada masa
kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku
bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku
bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika
dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran
jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan
Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan
suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir,
lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya
yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi
oleh adanya hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan
India, yang mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia,
Gujarat untuk ikut serta dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu
menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat transit ramai
dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan
dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing
pedagang yang dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa
maupun dari corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat
yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan
agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui
pendekatan budaya.
Ada beberapa teori yang dikemukakan
oleh para ahli tentang pembawa agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a)
Teori Persia
Teori Persia menjelaskan bahwa
pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Persia yang didasarkan pada
sumber bukti sejarah berupa berita Cina yaitu adanya koloni para pedagang Islam
di Tashih yang berada di Sumatra bagian Barat.
b)
Teori Gujarat
Teori Gujarat menjelaskan bahwa
pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Gujarat yang didasarkan pada
sumber bukti sejarah dari India yaitu para pedagang Gujarat selain berdagang
mereka juga menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah pesisir pantai.
c)
Teori Arab
Teori Arab menjelaskan bahwa pembawa
agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Arab yang didasarkan pada sumber bukti
sejarah dari Arab yaitu adanya kesamaan gelar dan marga antara para
bangsa-bangsa yang menyebarkan Islam di Nusantara dengan yang terdapat pada
masyarakat Hadramaut.
Pada umumnya
kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun
rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana
dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan
bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau
mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
B. RUMUSAN
MASALAH
- Bagaimana perkembangan Islamisasi di Nusantara?
- Bagaimana perkembangan budaya Islam di Nusantara?
- Apa bukti peninggalan Islam di Nusantara?
C. TUJUAN
MASALAH
1.
Mengetahui
perkembangan Islamisasi di Nusantara.
2.
Mengetahui
perkembangan budaya Islam di Nusantara.
3.
Mengetahui
bukti-bukti peniggalan Islam di Nusantara.
4.
MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas
individu dari mata kuliah Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII.
2. Untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang
Sejarah Perkembangan Islam Di Nusantara.
3. Bagi
peneliti lain, sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan dalam penelitian yang
akan sejenis pada masa akan datang.
BAB II
SEJARAH
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
A. PERKEMBANGAN
ISLAMISASI DI NUSANTARA
1.
Pengertian
Islamisasi
Islamisasi merupakan
suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Islam di Indonesia yaitu sejarah
tentang berdirinya kekuasaan sosial politik Islam di bumi
Nusantara. Proses penting ini diselimuti ke tidak jelasan diantaranya terletak
pada pertanyaan kapan Islam datang, dari mana Islam berasal, dan siapa yang
menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali dan sebagainya. Paling tidak ada
empat teori tentang awal mula Islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia
yaitu Teori India, Teori Arab, Teori Persia dan Teori Cina.
Dari ke empat teori awal
mula Islam di Indonesia, diupayakan adanya sintesis dari perbedaan pendapat
yang ada dengan membuat fase-fase atau tahapan Islamisasi di Indonesia, yaitu ;
v Tahap permulaan
kedatangan Islam terjadi pada abad ke- 7 M pada masa Khulafa’ur Rasyidin
. Tahap ini berlangsung sampai abad ke-13 M dengan para pembawa Islam adalah
orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat, Bengal) yang notabene
pada pedagang atau saudagar. Inilah tahap dakwah Islamiyah yang melahirkan
terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara. Tetapi masyarakat Islam di
Nusantara masih dalam kondisi minoritas dan berada dalam kekuasaan politik
hindis-budhis.
v Tahap selanjutnya adalah
terbentuknya Kerajaan Islam pada abad ke-13 sebagai kerajaan Islam pertama
(Negara Basis) di Indonesia diantaranya Samudra Pasai dan Malaka di daerah utama
Sumatera. Fase terbentuknya kerajaan Islam berlangsung antara abad ke-13 sampai
abad ke-16 M.
v Akhir abad ke-16 dan
abad ke-17 adalah Fase Kekuasaan Politik Islam Dominan di bumi Nusantara
khususnya di Tanah Jawa. Fase ini ditandai dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan
besar seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Padjadjaran dan Kerajaan Sriwijaya
di Sumatera. Peran Sentral Wali Sanga khususnya di Tanah Jawa dalam melakukan
akselerasi dakwah dan membangun kekuatan politik yang handal menjadi “icon”
perjuangan Islam di Indonesia.
2.
Proses
Islamisasi di Nusantara
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua
pihak orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan
masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan
politik, ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat
memasuki dan mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih
cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam,
yaitu menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan
demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan saling pengertian
akan kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.
Pembawa dan penyebar agama Islam
pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan
faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke
Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran dan
perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan
timur Asia.
Kedatangan pedagang-pedagang muslim seperti
halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman Samudra Pasai dan Malaka
yang merupakan pusat kerajaan Islam yang berhubungan erat dengan daerah-daerah
lain di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu
sendiri yang menjadi pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah
kepulauan Indonesia.
Tata cara islamisasi melalui media
perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan jalan mengadakan kontak secara
langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui
terbentuknya sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para
pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan menetap,
baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu daerah, sehingga
terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim. Dalam hal ini orang yang
bermaksud hendak belajar agama Islam dapat datang atau memanggil mereka untuk
mengajari penduduk pribumi.
Selain itu, penyebaran agama Islam
dilakukan dengan cara
perkawinan antara pedagang muslim dengan anak-anak dari orang-orang pribumi,
terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu, terbentuklah ikatan
kekerabatan dengan keluarga muslim.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa
cara antara lain ;
a)
Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
b)
Kultural
Artinya
penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan
Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi
wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
c)
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
d)
Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di
Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau
Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi
tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau
para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam
kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
- Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
- Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
- Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
- Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
- Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik).
- Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
- Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
- Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
- Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat
terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki
kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan
sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah
B. PERKEMBANGAN
BUDAYA ISLAM DI NUSANTARA
Masuknya agama
dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan perdagangan Asia
kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong pedagang
lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam
hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat
berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan
tersebut, mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing
pedagangyang dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari
corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap
dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam
dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan
budaya.
Islam datang
ke Indonesia secara baik-baik, sehingga dapat diterima di masyarakat Indonesia.
Dalam penyebarannya dilakukan secara perlahan-lahan oleh para wali, yang
dikenal dengan sebutan Wali Songo. Tentunya islam agar lebih mudah dipahami
oleh masyarakat Indonesia kala itu, dilakukan melalui budaya/adat kebiasaan
bangsa Indonesia yang kala itu masih dihinggapi animisme serta ajaran hindu,
budha. Bertalian dengan hal tersebut banyak budaya bangsa yang diadopsi dalam
perayaan keagamaan islam, misalnya sekatenan, upacara adat perkawinan, dll.
Sumber dan Berita Masuknya Agama
dan Kebudayaan Islam di Indonesia
v Sumber
dari Luar Negeri
§ Berita
Arab : adanya sebutan untuk Kerajaan Sriwijaya dengan Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
§ Berita
Eropa : perjalanan Marcopolo yang pernah singgah di Kerajaan Perlak yang
masyarakatnya telah memeluk agama Islam.
§ Berita
India : para pedagang Gujarat menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah
pesisir pantai.
§ Berita
Cina : ditemukannya perkampungan Islam di pesisir pantai utara Jawa Timur.
v
Sumber dalam Negeri
§
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang
pada nisannya terdapat tulisan Arab.
§
Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatra Utara yng
pada nisannya terdapat tulisan Arab.
§
Penemuan Batu di Lerang (dekat Gresik) yang
menggunakan huruf dan bahasa Arab yang memuat tentang meninggalnya seorang
perempuan yang bernama Fatimah binti Ma'imun.
C. BUKTI
PENINGGALAN ISLAM DI NUSANTARA
Islam tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para
pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis juga
mendukung keberadaan Islam di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis dapat
dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang pada
masyarakat. Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini
merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat.
Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak
Islam dapat kita temukan antara lain, sebagai berikut:
1) Peninggalan dalam Bentuk Bangunan
Bangunan yang menjadi ciri khas
Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton, dan makam (nisan).
Ø Masjid
Masjid merupakan tempat salat umat
Islam. Masjid tersebar di berbagai daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada
tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat
dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai
sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam
memimpin salat.
Bentuk dan ukuran masjid
bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap
(kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin
kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.
Beberapa di antara masjid-masjid
khas Indonesia memiliki menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul
bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan
yang mirip dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang
sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat
mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan
dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
Peninggalan sejarah Islam dalam
bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut.
·
Masjid Agung Banten (bangun beratap tumpang)
·
Masjid Demak (dibangun para wali)
·
Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa
meru)
·
Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap
tumpang)
·
Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)
·
Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan
Iskandar Muda)
Ø Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri
karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di
samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya
batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain
makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.
Pada makam orang-orang penting atau
terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk
yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan
sunan-sunan besar yang lain. Pada makam orang-orang penting atau terhormat
didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat
indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan
besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam
bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.
·
Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat).
·
Makam Walisongo.
·
Makam Imogiri (Yogyakarta).
·
Makam Raja Gowa.
·
Makam Sendang Duwur.
·
Makam Malikul Saleh.
·
Cungkup makam Putri Suwari di Leran.
·
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Peninggalan sejarah Islam dalam
bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut:
·
Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan
bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya
seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah
(1082 M).
·
Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu
nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M).
·
Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin.
·
Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah.
·
Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
2) Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita
temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan,
seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada
masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya
tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu,
yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab
gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang
cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan
menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik
As-Saleh dari Samudra Pasai.
Karya sastra yang dihasilkan cukup
beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain
berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab. Syair banyak dihasilkan oleh penyair
Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair
Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair sejarah peninggalan
Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair
Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken
Tambunan.
3) Filsafat dan Ajaran Islam
Ø Tasawuf yang berisi ajaran dan
aliran agama Islam.
Ø Qalam adalah ajaran pokok agama
Islam yang berisi pelajaran sekitar keesaan Tuhan yang menjadi dasar
kepercayaan (iman) mutlak bagi umat Islam.
Ø Fikih (Fiqh) adalah bagian pokok
agama Islam yang mengtur kehidupan masyarakat Islam, baik secara lahir maupun
batin.
4) Sistem Penanggalan atau Kalender
Adanya sistem penanggalan Qomariah
(Islam) dengan perhitungan Jawa sehingga sering disebut kalender Islam Kejawen.
5) Seni Pertunjukan
Ø Tari Seudati merupakan tarian khas
Aceh. Ciri khas tarian ini adalah diiringi lagu tertentu yang berupa salawat
Nabi Muhammad SAW.
Ø Seni Gamelan merupakan pertunjukan
musik yang dilakukan untuk pertunjukan dan hiburan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pendapat-pendapat mengenai masuknya kebudayaan islam di Indonesia dapat
disimpulkan bahwa yang memperkenalkan islam di Indonesia adalah para pedagang
dan mubalik dari gujarat, persia, mesir, arab, dan Cina. Islam dapat dipastikan
sudah ada di negara Bahari Asia Tenggara sejak awal zaman islam. Di perkirakan
berasal dari masa khalifah ketiga Ustman (644-656), yang menceritakan tentang
utusan-utusan muslim dari tanah arab mulai tiba diisatana Cina. Baru setelah
abad ke-12 pengaruh islam di kepulauan melayu menjadi lebih jelas dan kuat.
Dengan demikian islam sebenarnya sudah mulai berkembang ketika indonesia sudah
dikuasai oleh pengaruh Hindu-Budha tetapi datang ke Indonesia setelah kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia sudah mulai runtuh. Dan terdapat banyak bukti peninggalan Islam, antara
lain dalam bentuk bangunan seperti mesjid dan makam, bentuk kesenian,
ajaran-ajaran filsafat Islam, Penanggalan atau kalender Islam, serta
pertunjukkan seni Islam.
B. SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan
1. Kepada semua pembaca
bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya.
2. Untuk supaya bisa
membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini
sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi
dalam makalah ini.
888 Casino: 10 bonus codes for December 2021
BalasHapus1. Lucky Chances 당진 출장안마 to win big 보령 출장안마 Casino Review This one is the biggest 충청북도 출장샵 promotion 부천 출장샵 in the history of online gambling and has become one of the 포항 출장마사지 top