my photos

my photos
gambar-ku

Jumat, 06 April 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing pedagang yang dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya.
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang pembawa agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a)      Teori Persia
Teori Persia menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Persia yang didasarkan pada sumber bukti sejarah berupa berita Cina yaitu adanya koloni para pedagang Islam di Tashih yang berada di Sumatra bagian Barat.
b)      Teori Gujarat
Teori Gujarat menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Gujarat yang didasarkan pada sumber bukti sejarah dari India yaitu para pedagang Gujarat selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah pesisir pantai.
c)      Teori Arab
Teori Arab menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Arab yang didasarkan pada sumber bukti sejarah dari Arab yaitu adanya kesamaan gelar dan marga antara para bangsa-bangsa yang menyebarkan Islam di Nusantara dengan yang terdapat pada masyarakat Hadramaut.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.

B.     RUMUSAN MASALAH
  1. Bagaimana perkembangan Islamisasi di Nusantara?
  2. Bagaimana perkembangan budaya Islam di Nusantara?
  3. Apa bukti peninggalan Islam di Nusantara?

C.    TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui perkembangan Islamisasi di Nusantara.
2.      Mengetahui perkembangan budaya Islam di Nusantara.
3.      Mengetahui bukti-bukti peniggalan Islam di Nusantara.

4.      MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut, yaitu:
1.      Untuk memenuhi tugas individu dari mata kuliah Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII.
2.      Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang Sejarah Perkembangan Islam Di Nusantara.
3.      Bagi peneliti lain, sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan dalam penelitian yang akan sejenis pada masa akan datang.








BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

A.    PERKEMBANGAN ISLAMISASI DI NUSANTARA
1.      Pengertian Islamisasi
Islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Islam di Indonesia yaitu sejarah tentang berdirinya kekuasaan sosial politik Islam di bumi Nusantara. Proses penting ini diselimuti ke tidak jelasan diantaranya terletak pada pertanyaan kapan Islam datang, dari mana Islam berasal, dan siapa yang menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali dan sebagainya. Paling tidak ada empat teori tentang awal mula Islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia yaitu Teori India, Teori Arab, Teori Persia dan Teori Cina.
Dari ke empat teori awal mula Islam di Indonesia, diupayakan adanya sintesis dari perbedaan pendapat yang ada dengan membuat fase-fase atau tahapan Islamisasi di Indonesia, yaitu ;
v  Tahap permulaan kedatangan Islam terjadi pada abad ke- 7 M pada masa Khulafa’ur Rasyidin . Tahap ini berlangsung sampai abad ke-13 M dengan para pembawa Islam adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat, Bengal) yang notabene pada pedagang atau saudagar. Inilah tahap dakwah Islamiyah yang melahirkan terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara. Tetapi masyarakat Islam di Nusantara masih dalam kondisi minoritas dan berada dalam kekuasaan politik hindis-budhis.
v  Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Kerajaan Islam pada abad ke-13 sebagai kerajaan Islam pertama (Negara Basis) di Indonesia diantaranya Samudra Pasai dan Malaka di daerah utama Sumatera. Fase terbentuknya kerajaan Islam berlangsung antara abad ke-13 sampai abad ke-16 M.
v  Akhir abad ke-16 dan abad ke-17 adalah Fase Kekuasaan Politik Islam Dominan di bumi Nusantara khususnya di Tanah Jawa. Fase ini ditandai dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Padjadjaran dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Peran Sentral Wali Sanga khususnya di Tanah Jawa dalam melakukan akselerasi dakwah dan membangun kekuatan politik yang handal menjadi “icon” perjuangan Islam di Indonesia.
2.      Proses Islamisasi di Nusantara
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua pihak orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan politik, ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat memasuki dan mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.
Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur Asia.
 Kedatangan pedagang-pedagang muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman Samudra Pasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang berhubungan erat dengan daerah-daerah lain di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Tata cara islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan jalan mengadakan kontak secara langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui terbentuknya sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan menetap, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu daerah, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim. Dalam hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat datang atau memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.
Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara perkawinan antara pedagang muslim dengan anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu, terbentuklah ikatan kekerabatan dengan keluarga muslim.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
a)      Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
b)      Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.


c)      Pendidikan
      Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
d)     Kekuasaan politik
      Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
  1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
  2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
  3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
  4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
  5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik).
  6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
  7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
  8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
  9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah

B.     PERKEMBANGAN BUDAYA ISLAM DI NUSANTARA
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing pedagangyang dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya.
Islam datang ke Indonesia secara baik-baik, sehingga dapat diterima di masyarakat Indonesia. Dalam penyebarannya dilakukan secara perlahan-lahan oleh para wali, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Tentunya islam agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia kala itu, dilakukan melalui budaya/adat kebiasaan bangsa Indonesia yang kala itu masih dihinggapi animisme serta ajaran hindu, budha. Bertalian dengan hal tersebut banyak budaya bangsa yang diadopsi dalam perayaan keagamaan islam, misalnya sekatenan, upacara adat perkawinan, dll.
Sumber dan Berita Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
v  Sumber dari Luar Negeri
§  Berita Arab : adanya sebutan untuk Kerajaan Sriwijaya dengan Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
§  Berita Eropa : perjalanan Marcopolo yang pernah singgah di Kerajaan Perlak yang masyarakatnya telah memeluk agama Islam.
§  Berita India : para pedagang Gujarat menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah pesisir pantai.
§  Berita Cina : ditemukannya perkampungan Islam di pesisir pantai utara Jawa Timur.
v  Sumber dalam Negeri
§  Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang pada nisannya terdapat tulisan Arab.
§  Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatra Utara yng pada nisannya terdapat tulisan Arab.
§  Penemuan Batu di Lerang (dekat Gresik) yang menggunakan huruf dan bahasa Arab yang memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Ma'imun.

C.    BUKTI PENINGGALAN ISLAM DI NUSANTARA
Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat. Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat.
Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain, sebagai berikut:
1)      Peninggalan dalam Bentuk Bangunan
Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton, dan makam (nisan).
Ø  Masjid
Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.
Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.
Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut.
·         Masjid Agung Banten (bangun beratap tumpang)
·         Masjid Demak (dibangun para wali)
·         Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru)
·         Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)
·         Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)
·         Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)
Ø  Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.
Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.
·         Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat).
·         Makam Walisongo.
·         Makam Imogiri (Yogyakarta).
·         Makam Raja Gowa.
·         Makam Sendang Duwur.
·         Makam Malikul Saleh.
·         Cungkup makam Putri Suwari di Leran.
·         Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut:
·         Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M).
·         Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M).
·         Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin.
·         Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah.
·         Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
2)      Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.
Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab. Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.
3)      Filsafat dan Ajaran Islam
Ø  Tasawuf yang berisi ajaran dan aliran agama Islam.
Ø  Qalam adalah ajaran pokok agama Islam yang berisi pelajaran sekitar keesaan Tuhan yang menjadi dasar kepercayaan (iman) mutlak bagi umat Islam.
Ø  Fikih (Fiqh) adalah bagian pokok agama Islam yang mengtur kehidupan masyarakat Islam, baik secara lahir maupun batin.


4)      Sistem Penanggalan atau Kalender
Adanya sistem penanggalan Qomariah (Islam) dengan perhitungan Jawa sehingga sering disebut kalender Islam Kejawen.
5)      Seni Pertunjukan
Ø  Tari Seudati merupakan tarian khas Aceh. Ciri khas tarian ini adalah diiringi lagu tertentu yang berupa salawat Nabi Muhammad SAW.
Ø  Seni Gamelan merupakan pertunjukan musik yang dilakukan untuk pertunjukan dan hiburan.














BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pendapat-pendapat mengenai masuknya kebudayaan islam di Indonesia dapat disimpulkan bahwa yang memperkenalkan islam di Indonesia adalah para pedagang dan mubalik dari gujarat, persia, mesir, arab, dan Cina. Islam dapat dipastikan sudah ada di negara Bahari Asia Tenggara sejak awal zaman islam. Di perkirakan berasal dari masa khalifah ketiga Ustman (644-656), yang menceritakan tentang utusan-utusan muslim dari tanah arab mulai tiba diisatana Cina. Baru setelah abad ke-12 pengaruh islam di kepulauan melayu menjadi lebih jelas dan kuat. Dengan demikian islam sebenarnya sudah mulai berkembang ketika indonesia sudah dikuasai oleh pengaruh Hindu-Budha tetapi datang ke Indonesia setelah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia sudah mulai runtuh. Dan terdapat banyak bukti peninggalan Islam, antara lain dalam bentuk bangunan seperti mesjid dan makam, bentuk kesenian, ajaran-ajaran filsafat Islam, Penanggalan atau kalender Islam, serta pertunjukkan seni Islam.
B.     SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan
1.      Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.      Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.





1 komentar:

  1. 888 Casino: 10 bonus codes for December 2021
    1. Lucky Chances 당진 출장안마 to win big 보령 출장안마 Casino Review This one is the biggest 충청북도 출장샵 promotion 부천 출장샵 in the history of online gambling and has become one of the 포항 출장마사지 top

    BalasHapus