BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu
yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah
oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan,
subjektif dan intuitif. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan
non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil
serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak
mungkin diuji kebenarannya. Sedangkan pengetahuan pra-ilmiah adalah hasil
serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih
lanjut menggunakan metode-metode ilmiah.
Ilmu (sains) berasal
dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses
penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami
gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar
pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu
bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta
konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih
jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam
proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak
serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu
yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.
Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan
rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
disebut penelitian (research).
Metode ilmiah boleh
dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak
untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Menurut Almadk (1939),”
metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa
metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu
interelasi.”
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Ilmu Pengetahuan?
2.
Bagaimana Metode Ilmiah?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan
masalahnya, yaitu:
1.
Mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan.
2.
Mengetahui apa itu metode ilmiah.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu
Alamiah Dasar.
2. Untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya tentang Ilmu Pengetahuan Dan Metode Ilmiah.
3. Bagi
peneliti lain, sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan dalam penelitian yang
akan sejenis pada masa akan datang.
BAB II
ILMU PENEGETAHUN DAN METODE ILMIAH
A. ILMU PENGETAHUAN
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori,
prinsip
dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar
atau berguna.
Dalam pengertian lain,
pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan
empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala
yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan
melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi
berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi
dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Pengetahuan
adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri dan
kehidupanya. Sementara sumber-sumber pengetahuan adalah berasal dari tahu akan suatu
peristiwa dan realitas objektif di alam semesta ini, dan tahu adalah hasil
daripada kenal,sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Perbedaan
antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan adalah terletak pada konsep dari
keduanya, dimana pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkn ilmu pengetahuan
lebih sistematis dan reflektif, sesuai dengan pengertiannya bahwa ilmu
pengetahuan adalah keseluruhan system pengetahuan manusiayang telah dibakukan
secara sistematis. Dengan demikian pengetahuan jauh lebih luas daripada ilmu
pengetahuan karena pengetahuan mencakup segala sesuatuyang diketahui manusia
tanpa perlu berarti telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan mencakup
penalaran, penjelasan tentang manusia mengetahui sesuatu, jugamencakup praktek
atau kemampuan teknis dalam memecahkanberbagai persoalan hidup yang
belumdibakukan secara sistematis dan metodis.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui
apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia.
Karena
itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.
v Sifat-sifat ilmu
a) Berdiri
secara satu kesatuan,
b) Tersusun
secara sistematis,
c) Ada
dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai
sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
d) Mendapat
legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
e) Communicable,
ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami
maknanya.
f) Universal,
ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan
kapan saja di seluruh alam semesta ini.
g) Berkembang,
ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan
baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih
berkembang dari sebelumnya.
2. Macam – Macam Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan beberapa
argumentasi ilmu pengetahuan dibedakan atas :
v
Ilmu
Pengetahuan Sosial, yakni membahas hubungan antar manusia sebagai makhluk
sosial, yang selanjutnya dibagi atas :
a)
Psikologi,
yang mepelajari proses mental dan tingkah laku.
b)
Pendidikan,
proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
c)
Antropologi,
mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan tingkah
laku sosial.
d)
Etnologi,
cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem sosio-ekonomi dan
pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya.
e)
Sejarah, pencatatan peristiwa-persitiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa. Negara
atau individu.
f)
Ekonomi,
yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara
atau perusahaan.
g)
Sosiologi,
studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi,
institusi, perkembangan masyarakat.
v Ilmu Pengetahuan Alam , yang membahas
tentang alam semesta dengan semua isinya dan selanjutnya terbagi atas:
a) Fisika, mempelajari benda tak hidup dari
aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya,
gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir.
b) Kimia, mempelajari benda hidup dan tak
hidup dari aspek sususan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara
garis besar dibagi kimia organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl),
hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak.
c) Biologi, yang mempelajari makhluk hidup
dan gejala-gejalanya.
Ø
Botani,
ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
Ø
Zoologi
ilmu yang mempelajrai tentang hewan.
Ø
Morfologi
ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup.
Ø
Anatomi
suatu studi tentang struktur dalam atau
bentuk dalam mahkhluk hidup.
Ø
Fisiologi
studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk hidup.
Ø
Sitologi
ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam.
Ø
Histologi
studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan
sel sejenis.
Ø
Palaentologi
studi tentang makhluk hidup masa lalu.
v Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Studi tentang bumi
sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa dengan benda angkasa
lainnya.
a)
Geologi,
yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya meliputi dari ilmu kimia
dan fisika) contoh dari ilmu ini
petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa bumi), mineralogi
(bahan-bahan mineral).
b)
Astronomi,
membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta yang meliputi bintang,
planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat digunakan dalam navigasi,
kalendar dan waktu.
B.
METODE ILMIAH
1. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode merupakan
prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk mempermudah
memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti
fisis.
Jadi, bila kita
menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara
keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan
seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban
dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan
fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara
penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan
satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode
ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah
yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh,
bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.
Dengan adanya sikap dan
metode ilmiah akan menghasilkan penemuan-penemuan yang berkualitas tinggi dan
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode
ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain :
·
Membantu
memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
·
Menguji
hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
·
Memecahkan
atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
2.
Langkah-Langkah Metode
Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur
(urutan langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah
(science project). Secara umum metode ilmiah meliputi langkah-langkah berikut:
·
Observasi Awal
·
Mengidentifikasi Masalah
·
Merumuskan atau Menyatakan
Hipotesis
·
Melakukan Eksperimen
·
Menyimpulkan Hasil
Eksperimen
Penjelasan:
a)Observasi awal:
Setelah
topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk
melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan
informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui
pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang
sesuai.
·
Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran,
internet, interview, dll.
·
Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti,
insinyur, dll.
·
Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.
b) Mengidentifikasi masalah:
Permasalahan
merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan
dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu
pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh: Bagaimana cara
menyimpan energi surya di rumah?
·
Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu
luas.
·
Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk
diteliti.
·
Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara
eksperimen.
c) Merumuskan atau menyatakan hipotesis:
Hipotesis
merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum
penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran
hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang
perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar
bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
·
Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar
hipotesis.
·
Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen.
d) Melakukan Eksperimen:
Eksperimen
dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan
semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis
variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel kontrol.
Varibel
bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel terikat
adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel
bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan
tetap.
·
Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
·
Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel
yang diasumsikan konstan.
·
Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
·
Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
e) Menyimpulkan hasil eksperimen:
Kesimpulan
proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana
hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen
yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan,
kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih
lanjut.
Jika hasil
eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
·
Jangan ubah hipotesis.
·
Jangan abaikan hasil eksperimen.
·
Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai.
·
Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya
untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian.
·
Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau
susun ulang eksperimen.
v Kriteria
Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian
disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai
berikut:
a)
Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam
penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan
fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada
daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
b) Bebas dari
Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat
bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu
fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang
objektif.
c) Menggunakan
Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti
terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah
harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang
logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya
dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat
dengan menggunakan analisa yang tajam.
d) Menggunakan
Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus
dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada
untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang
ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan
tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti.
e) Menggunakan
Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus
dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa
atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara
objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
f)
Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim
harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat
dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan
sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata
memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi
yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
v Sikap Ilmiah
a)
Rasa
Ingin Tahu
Rasa
ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian
demi mendapatkan sesuatu yang baru.
b)
Jujur
Dalam
melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.
c)
Tekun
Tekun
berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu
masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
d)
Teliti
Teliti
artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti dalam
melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga menghasilkan
data yang baik.
e)
Objektif
Objektif
artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh dipengaruhi perasaan
pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta yang diperoleh. Sikap
objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau menerima pendapat yang benar
dari orang lain.
f)
Terbuka
Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya
bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling hebat.
Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.
v
Manfaat Penulisan
a)
Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis
ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur
tertentu, metode dan teknik, aturan / kaidah standar, disajikan teratur, runtun
dan tertib.
b)
Menulis ilmiah memerlukan literatur, buku-buku ilmiah,
kamus, ensiklopedia yang disusun tertib.
c)
Oleh sebab pada hakikatnya sebuah karangan ilmiah
ialah laporan tentang kebenaran yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan.
d)
Karena dalam karya ilmiah ada organ yang disebut bab
pembahasan yang berfungsi menganalisis, memecahkan dan menjawab setiap
permasalahan sampai tuntas hingga ditemukannya jawaban berupa karya ilmiah.
e)
Karena dalam karya ilmiah ada orang yang disebut bab
landasan teori atau kerangka teoritis yang berfungsi memaparkan teori-teori
para ahli seta mengomentari atau mengkritiknya untuk mendukung dan memperkuat
argumen penulis.
f)
Bahasa komunikatif ilmiah memiliki syarat :
§
Harus jelas = harus bermakna tunggal tidak boleh
ambigu.
§
Penempatan gatra (unsur fungsional dalam kalimat) harus
lengkap dan dan tepat.
§
Diksi atau pilihan kata harus tepat.
3.
Penelitian Ilmiah
a.
Penelitian Ilmiah
Penelitian yang dilakukan dengan metode
ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa
karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima
karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1) Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan
dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang
mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2) Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima
akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung
menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran
yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan
yang bersifat umum.
3)
Empirik
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan
pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian
empirik ada tiga yaitu :
§ Hal-hal empirik selalu memiliki
persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
§ Hal-hal empirik selalu berubah-ubah
sesuai dengan waktu.
§ Hal-hal empirik tidak bisa secara
kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4)
Obyektif
Artinya suatu penelitian menjahui
aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5)
Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah
dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil
yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.
b.
Metode Penelitian
Dalam metode
penelitian ilmiah terdapat dua metode, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitataif.
v PENELITIAN KUANTITATIF
Metode kuantitatif berakar pada
paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini
berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John
Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui
konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada
indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian
kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan
subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik
yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah”
dari subjek yang ditelitinya.
Ciri-ciri penelitian kuantitatif:
1) Asumsi
Asumsi ontologis: realitas bersifat
objektif dan singular terpisah dari peneliti.
Penelitian kuantitatif memiliki ciri
khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena
yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel
penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur.
Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek
yang ia teliti (etik). Keunggulan penelitian kuantitatif terletak pada
metodologi yang digunakan.
2) Tujuan penelitian
Penelitian kuantitatif memiliki
tujuan mengeneralisasi
temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama
pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan
hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti, menguji teori, mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
3) Pendekatan
Penelitian kuantitatif dimulai
dengan teori dan hipotesis. Peneliti Peneliti menggunakan teknik manipulasi dan
mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi
kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya
ia melakukan analisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikan
kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensus. Bahasa
penelitian dikemas dalam bentuk laporan.
4) Peran peneliti
Dalam penelitian kuantitatif,
peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak
terpengaruh dan memihak (obyektif).
5)
Pendekatan kuantitatif lebih menitik beratkan pada frekwensi tinggi.
6)
Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif
bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi.
7)
Penelitian kuantitatif menggunakan paradgma
positivistik-ilmiah. Segala sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan
diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian dan kecermatan (Sunarto,
1993: 3). Karena itu, paradigma ilmiah-positivisme melahirkan berbagai bentuk
percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik.
8)
Penelitian kuantitatif sering bertolak dari teori, sehingga
bersifat reduksionis dan verifikatif, yakni hanya membuktikan teori (menerima
atau menolak teori).
v PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif adalah riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif www.Wikipedia.com.
Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain
dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat
digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan
menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode
ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik
fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara
memuaskan.
Karakteristik penelitian kualitatif
a) Konteks natural (alami), yaitu suatu
konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau
eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.
b) Manusia sebagai instrumen. Hal ini
dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan
angket tidak akan mampu melakukannya.
c) Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan.
Sifat naturalistic memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan. Sifat
naturalistic memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat
memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden.
d) Metoda kualitatif. Sifat
naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif karena lebih
mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi.
e) Pengambilan sample secara purposive.
f) Analisis data secara induktif,
karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan.
Analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data
spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi.
g) Grounded theory. Sifat naturalistik
lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara
apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi
lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik.
h) Desain bersifat sementara.
Penelitian kualitatif naturalistic menyusun desain secara terus menerus
disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah
disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat
diramalkan sepenuhnya.
i)
Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti
dengan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data
yang diperoleh karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.
j)
Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan
demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan
responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan
transferabilitas pada kasus lain.
k) Penafsiran bersifat idiographik
(dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum
keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih member makna
untuk realitas yang berbeda konteksnya.
l)
Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda
Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak
dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari
nilai lokalnya.
m) Kriteria keterpercayaan. Dalam
penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan
reliabilitas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Pengertian metode
ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah
(science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis.
Langkah-langkah dalam membuat metode ilmiah antara lain:
·
Observasi Awal
·
Mengidentifikasi Masalah
·
Merumuskan atau Menyatakan
Hipotesis
·
Melakukan Eksperimen
·
Menyimpulkan Hasil
Eksperimen
B. SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan
1. Kepada semua pembaca bila mendapat
kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2. Untuk supaya bisa membaca kembali
literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan
akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar